Apa itu Covid-19?
Covid-19 (Coronavirus Disease-2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus ini adalah salah satu dari 7 tipe virus coronavirus yang pernah didokumentasikan sejauh ini. Virus SARS-CoV-2, SARS-CoV, dan MERS-CoV ketiganya masuk ke dalam famili coronavirus beta yang memiliki karakteristik enveloped, positive-sense, dan single-stranded. Ketiga jenis virus ini berbeda dari jenis coronavirus lainnya dimana dapat menyebabkan saluran pernafasan bawah lebih rentan terhadap infeksi yang berujung pada cedera paru akut (acute lung injury/ALI) dan sindrom distres pernafasan akut (acute respiratory distress syndrome/ARDS).
Covid-19 dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia. COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah jenis penyakit baru yang disebabkan oleh virus dari golongan coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus Corona. Menurut data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Republik Indonesia, jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga 23 Juli 2021 adalah 3.033.339 orang dengan jumlah kematian 79.032 orang. Ada 8 varian virus SARS-CoV-2 yang telah ditemukan, yakni:
- Varian Alfa (B.1.1.7) yang pada awalnya ditemukan di Inggris sejak September 2020.
- Varian Beta (B.1.351/B.1.351.2/B.1.351.3) yang pada awalnya ditemukan di Afrika Selatan sejak Mei 2020.
- Varian Gamma (P.1/P.1.1/P.1.2) yang pada awalnya ditemukan di Brazil sejak November 2020.
- Varian Delta (B.1.617.2/AY.1/AY.2/AY.3) yang pada awalnya ditemukan di India sejak Oktober 2020.
- Varian Eta (B.1.525) yang penyebarannya ditemukan di banyak negara sejak Desember 2020.
- Varian Iota (B.1526) yang pada awalnya ditemukan di Amerika sejak November 2020.
- Varian Kappa (B.1617.1) yang pada awalnya ditemukan di India sejak Oktober 2020.
- Varian Lamda (c.37) yang pada awalnya ditemukan di Peru sejak Desember 2020.
Terapi Covid-19 saat ini
Hingga saat ini vaksinasi masih merupakan langkah mitigasi yang paling baik untuk menanggulangi Covid-19. Pengobatan Covid-19 sendiri tergantung pada kondisi klinis pasien, dimana pasien tanpa gejala atau gejala ringan dapat diobati di rumah tanpa membutuhkan perawatan di rumah sakit. Pada pasien gejala sedang hingga berat, pasien membutuhkan hospitalisasi dengan tatalaksana yang berbeda tergantung pada kondisi klinisnya. Terapi yang paling umum digunakan sejauh ini meliputi terapi simptomatik, vitamin, antivirus, hingga immunomodulator. Ada pula terapi tambahan seperti antibiotik, immunoglobulin, kina, hingga plasma konvalesen. Walaupun pilihan terapi-terapi tersebut menunjukkan hasil yang menjanjikan di penelitian in-vitro, pada praktek di lapangan keluaran klinis pasien pascaterapi tidak selalu memuaskan.
Terapi Sel Punca pada Covid-19
Belakangan ini, terapi sel punca mulai diujicoba untuk pengobatan pasien Covid-19 gejala sedang, berat, hingga kritis. Sel punca (stem cell) adalah sel yang belum terdiferensiasi dan memiliki kapasitas untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel. Sebelumnya, terapi sel punca telah menunjukkan efek yang menjanjian pada kasus infeksi virus lain seperti HIV, hepatitis B, ARDS viral, hingga cedera paru akibat tipe coronavirus lain. Pada kasus Covid-19, baru-baru ini berbagai penelitian membuktikan bahwa sel punca mesenkimal (mesenchymal stem cell/MSCs) dapat memodifikasi respon sistem imun alami atau adaptif dengan berbagai efek, seperti:
- Supresi sel T
- Maturasi sel dendritik
- Penurunan aktivasi dan proliferasi sel B
- Menghambat proliferasi dan sitotoksisitas sel natural killer
- Merangsang produksi sel T regulatory
Berbagai mekanisme tersebut membuat sel punca memiliki kemampuan regenerasi dan rejuvenasi sehingga dapat mengurangi peradangan, mengurangi kematian sel, memicu produksi zat protektif sel, memberi efek anti stres oksidatif, dan memperbaiki fungsi imunitas secara keseluruhan. Bahkan, sel punca juga dipercaya dapat mengembalikan cedera paru yang telah terjadi.
Sejauh ini, ada beberapa penelitian terkait terapi sel punca pada kasus Covid-19 yang telah dilakukan di seluruh dunia. Dalam suatu pilot study pada 7 pasien Covid-19 yang diberikan terapi sel punca mesenkimal, dalam 14 hari pasca pemberian terapi tidak ditemukan adanya efek samping terapi sel punca dan diperoleh keluaran klinis pasien yang membaik signifikan. Terdapat penurunan kadar C-reactive protein (CRP), peningkatan saturasi oksigen, serta berkurangnya demam, sesak nafas, infiltrasi pneumonia, hingga berkurangnya sitokin pro-inflamasi. Ada pula dua laporan kasus pasien Covid-19 kritis yang diberikan terapi sel punca mesenkimal alogenik yang diperoleh dari umbilikus (umbilical cord mesenchymal stem cell/UCMSC). Kedua pasien tersebut memiliki pneumonia berat, saturasi oksigen rendah, sesak nafas, gagal nafas, dan gagal multiorgan sehingga memerlukan ventilasi mekanik. Dalam laporan tersebut, terapi UCMSC bersama dengan terapi standar Covid-19 menghasilkan keluaran klinis yang baik dan disinyalir didasari oleh efek imunomodulator dari sel punca.
… sel punca memiliki kemampuan regenerasi dan rejuvenasi sehingga dapat mengurangi peradangan, mengurangi kematian sel, memicu produksi zat protektif sel, memberi efek anti stres oksidatif, dan memperbaiki fungsi imunitas secara keseluruhan.
Terapi sel punca pada Covid-19 di Indonesia sendiri saat ini sedang berada di tahap uji klinis. Pada 1 Mei 2020, Kementerian Kesehatan memulai uji klinis terapi sel punca mesenkimal pada kasus Covid-19 derajat kritis di empat rumah sakit rujukan Covid-19, yakni RSPI Sulianto Saroso, RSUP Persahabatan, RSUPN Cipto Mangunkusumo, dan RS Universitas Indonesia. Di dalam studi tersebut, terapi sel punca mesenkimal sebagai terapi adjuvan Covid-19 dapat meningkatkan peluang hidup pasien kritis dengan cara memodifikasi sistem kekebalan. Selain itu, saat ini Kementerian Kesehatan juga mengembangkan uji klinis terapi sel punca mesenkimal pada kasus Covid-19 derajat berat di tiga rumah sakit rujukan Covid-19 lain, yakni RSUP Dr. Sardjito, RSUD Dr. Moewardi, dan RSUP Dr. Hasan Sadikin.
Dengan berbagai uji klinis dan pengembangan pengetahuan yang dilakukan, kita tentu berharap terapi sel punca dapat menjadi terapi yang efektif untuk kasus Covid-19. Studi lebih lanjut tentu diperlukan untuk meningkatkan efikasi dan menjamin keamanan terapi sel punca pada kasus Covid-19.
Referensi: