Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang dapat terjadi pada usia dewasa maupun anak-anak. Disebut penyakit autoimun karena mekanisme penyakit ini adalah sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan tubuh itu sendiri. Hal ini menyebabkan berbagai gejala hingga kerusakan organ seperti jantung, paru, otak, ginjal, dan kulit. Kerusakan organ ini dalam jangka panjang berisiko menimbulkan komplikasi yang serius bagi penderita.
Pada anak, sebagian besar gejala SLE muncul sejak saat anak berusia remaja (sekitar usia 12 tahun) dan jarang terjadi pada usia di bawah 5 tahun[1]. SLE sendiri lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan laki-laki, dan lebih sering ditemui pada ras Afrika-Amerika, Hispanik, dan Asia. Penyebab SLE sendiri masih belum diketahui, namun disinyalir ada keterkaitan faktor genetik yang menyebabkan overaktivitas sistem kekebalan tubuh. Baca lebih lanjut tentang gejala SLE pada anak di posting IDAI berikut ini.
Pada anak dengan SLE, sel B pada darah anak teraktivasi secara tidak normal, sehingga memicu beberapa proses yang merugikan seperti menghasilkan zat autoantibodi dan sitokin yang memicu peradangan. Hal ini dapat membentuk kumpulan kompleks imun di jaringan tubuh yang menyebabkan kerusakan organ. SLE sendiri sulit didiagnosis pada awal perjalanan penyakit karena gejala dan tandanya yang tidak khas.
Hingga saat ini, terapi SLE yang efektif dan memiliki efek samping minimal masih sulit ditemui. Metode terapi klasik yang dipakai sejauh ini meliputi imunosupresan dan kortikosteroid yang berfungsi untuk memperlambat perjalanan penyakit. Walaupun begitu, terapi tersebut tidak selalu efektif serta pada dosis yang tinggi dapat meningkatkan risiko infeksi [2]. Oleh karena itu, pengembangan metode terapi baru sangatlah diperlukan.
Belakangan ini, aplikasi sel punca mesenkimal/mesenchymal stem cell (MSC) untuk penyakit-penyakit autoimun seperti SLE mulai mendapat perhatian. Sel punca mesenkimal memiliki fungsi regulasi sistem kekebalan tubuh, sehingga sel punca diyakini dapat meringankan gejala SLE pada anak dengan cara memicu proliferasi/pembelahan sel darah putih Th2 dan Treg serta menghambat aktivitas sel darah putih Th1, Th17, dan sel B. Dengan demikian, pengembangan sel punca sebagai terapi SLE pada anak diharapkan akan menjadi jawaban terhadap tantangan terapi untuk SLE pada anak.
Tim Sel Punca FKKMK UGM/RSUP Dr. Sardjito saat ini sudah mulai mengembangkan uji klinis sel punca untuk terapi SLE pada anak. Tentunya kita semua berharap uji klinis ini dapat menhasilkan keluaran yang baik dan sel punca dapat menjadi terapi baru untuk mengobati SLE pada anak.
Referensi:
1. Cleveland Clinic. (n.d.). Systemic Lupus Erythematosus (SLE) in Children. [online] Available at: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14796-systemic-lupus-erythematosus-sle-in-children.
2. Li, A., Guo, F., Pan, Q., Chen, S., Chen, J., Liu, H.F. and Pan, Q., 2021. Mesenchymal Stem Cell Therapy: Hope for Patients With Systemic Lupus Erythematosus. Frontiers in Immunology, p.4062.