Seperti sebagian besar terapi baru, tatalaksana sel punca/stem cell (SC) tentu menuai kontroversi dan menjadi pembahasan dalam etika kesehatan dan etika kedokteran. Sebagaimana umumnya, tentu saja beredar banyak mitos terkait terapi sel punca. Apa saja? Artikel ini akan membahas beberapa mitos dan fakta seputar terapi sel punca.
#1: Apakah sel punca berasal dari fetus/janin yang diaborsi?
Tidak, sel punca embrionik berasal dari embrio atau blastokist yang berumur empat sampai lima hari. Telur ini telah mengalami pembuahan namun tidak dilakukan implantasi ke rahim. SC embrionik umumnya beradal dari prosedur pembuahan in vitro atau in vitro fertilization (IVF), yang mana bakal janin tersebut belum ditanam pada rahim wanita. Sel punca embrionik yang diekstraksi dari bakal janin inilah inilah yang digunakan sebagai bahan dasar dari berbagai studi dan terapi. Selain sel punca embrionik, ada pula sel punca mesenkimal yang dapat diekstraksi dari jaringan dewasa seperti sel lemak, pulpa gigi, tali pusar, dan lain sebagainya. (1)